Sunday, February 3, 2013

Jabal Tsur (Gua Tsur)



Gunung tertinggi di kota mekkah ini terletak sekitar 5 km dari pusat kota Mekkah. Gunung ini memiliki beberapa puncak, dan Gua Tsur terletak di salah satu puncaknya.

Kali pertama kami ke sini, kami hanya di bawah (tidak mendaki), kemudian Amin hodja memberikan beberapa penjelasan yang terkait dengan Jabal Tsur. Alhamdulillah kami sudah pernah membaca siroh nabawiyah sebelumnya. Sehingga begitu pertama kali ditunjukkan gunungnya, pikiranku pun langsung melesat membayangkan Rasulullah SAW dan sahabatnya, Abu Bakar Ash Shiddiq ra, lari dari kejaran kafir Quraisy, lalu mendaki dan berlindung di Gua Tsur selama tiga hari tiga malam. Mataku pun basah... Bersyukur sekali sudah membaca ini, karena kalau tidak, kami pasti seperti tourist saja. Sementara ziarah ini adalah juga wisata ruhani, yang harapannya semakin meningkatkan keimanan dan juga kecintaan kita pada Allah dan rasul-Nya. So, buat yang akan berangkat haji (atau umrah), satu persiapan yang sebaiknya juga dikerjakan adalah MEMBACA SIROH.

Kembali tentang jabal Tsur, dalam siroh dikisahkan bahwa Rasulullah merencanakan untuk berhijrah atau keluar dari mekkah menuju Madinah bersama salah seorang sahabatnya, yakni Abu Bakar ra. Dengan segala perencanaan dan strategi yang cukup matang, mulai dari pemilihan waktu, rute hijrah dan ada orang yang ditunjuk untuk penghapus jejak, Rasulullah melakukan perjalanan ini. Namun, sekali lagi strategi manusia saja tidaklah cukup, pertolongan Allah yang maha Sempurna lah pamungkasnya. Mulai dari pertolongan Allah dengan "menidurkan" orang-orang kafir yang mengepung rumah Rasulullah, sehingga mereka tidak menyadari kepergian rasulullah. Juga saat persembunyian rasulullah di Gua Tsur nyaris ditemukan. Peristiwa ini terjadi pada tahun 622 M. Dengan pertolongan Allah SWT orang kafir yang mengejar Rasulullah terkecoh ketika berada didepan gua mereka menemukan pintu gua dimana Rasulullah dan Abu Bakar bersembunyi ditutupi sarang laba-laba dan burung merpati yang sedang bertelur atas izin Allah SWT. Hingga mereka berfikir tidak mungkin Rasulullah masuk ke gua tersebut, sebab jika masuk sarang laba-laba dan sarang burung merpati yang sedang bertelur pasti akan rusak. Peristiwa ini diabadikan oleh Allah SWT dalam surat At Taubah ayat 40 yang artinya : “Bila kamu tidak mau menolong Rasul, maka Allah SWT telah menjamin melongnya ketika orang - orang kafir mengusirnya berdua dengan sahabatnya. Ketika keduanya berada dalam gua, dia berkata kepada sahabatnya ‘janganlah engkau berdukacita, karena Allah SWT bersama kita’. Lalu Allah SWT menurunkan ketenangan hati kepada (Muhammad) dan membantunya dengan pasukan-pasukan yang tiada tampak olehmu. Dijadikan-Nya kepercayaan orang-orang kafir paling rendah dan agama Allah SWT mnenduduki tempat teratas, Allah SWT Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

Pada kesempatan kedua, alhamdulillah kami berkesempatan mendaki Jabal Tsur hingga puncaknya, yakni Gua Tsur. Satu kesempatan yang kutunggu-tunggu. Mengapa? Dalam siroh yang pernah saya baca, dikisahkan bahwa ketika Rasulullah dan Abu Bakar ra bermalam di Gua Tsur selama tiga hari tiga malam, Asma' binti Abu bakar selalu datang untuk menghantarkan makanan. Ada yang menyebutkan bahwa Asma' pada waktu itu sedang dalam kondisi hamil tua. Masya Allah... setelah terengah-engah untuk mendaki gunung ini selama kurang lebih 1,5 jam (termasuk beberapa kali sempat berhenti sejenak untuk istirahat dan sesi pemotretan..hehe), saya bisa menyimpulkan bahwa shohabiyah yang satu ini memang luar biasa. Bukan saja iman dan cintanya pada Rasulullah yang luar biasa, tetapi juga kondisi fisiknya. Saya yakin kondisi medan menuju Gua Tsur, tidaklah seenak sekarang --sudah ada patok-patok/batu-batu yang tertata rapi meski masih berpasir--, pasti jauuh lebih sulit. Allohu Akbar!

Selama pendakian, ada satu hal yang agak memprihatinkan yaitu "kotor", karena sampah dan coretan-coretan. Saya berpikir, seandainya masing-masing peziarah memiliki pemahaman bahwa mencintai kebersihan itu sebagian dari iman, maka saya yakin tidak akan seperti ini. Bahkan tidak juga membuang sampah-sampah kecil, apalagi yang besar. Semoga bisa dilakukan pembersihan dan kita semua menjaganya. tentang coretan, saya juga tak habis pikir, mengapa mereka menuliskan namanya di batu-batu itu. Mulai yang tulisannya kecil imoet-imoet, sampai yang besar dan tampak jelaaas terbaca. mungkin semuanya ingin mengatakan, "I was here" atau apalah. Subhanalloh...pikiran yang sempit jika hanya untuk itu, mereka rela mengotori kecantikan gunung bersejarah ini. Mungkin, pengelola atau pemerintah setempat perlu menyediakan buku tamu atau buku untuk menulis kesan pesan??!? **ide kreatif yang muncul dari saya :-) **



wallohu a'lam bish showab

No comments:

Post a Comment